Humanisme Eksistensialis

sartre_et_de_beauvoir_by_froz_ensh_adow-d8g4yl0

Kehadirannya mengancam saya, menggerus kebebasan saya secara licin dan tidak dapat saya hindari. Mematikan saya dan melemparkan saya pada ketiadaan yang sepi.

Dengan memilih apa yang akan kita lakukan, kita akan menciptakan nilai-nilai. Sebuah pernyataan yang Sartre ungkapkan dalam sebuah buku-nya yang berjudul Eksistensialisme adalah Humanisme Sartre mengajak untuk berpikir lebih dalam bahwa kebebasan dalam menentukan pilihan adalah sebuah bentuk awal dari nilai-nilai yang akan terbentuk nantinya, sebuah nilai yang tidak berdasar pada norma-norma.

Sartre pada hakikatnya mengajak kita untuk memikul tanggung jawab atas tindakan kita sendiri, yang telah kita pilih sendiri tentunya dengan kesadaran dan kebebasan yang berani. Meski nantinya dalam percakapan yang lebih mendalam kita akan bertemu dengan pemaknaan-pemaknaan akan situasi yang menentukan tindakan, setidaknya kita mencoba terlebih dahulu berfokus kepada apa yang mendasari seseorang dalam memilih.

Manusia sudah saatnya terlepas dari pemikiran bahwa setiap perbuatannya haruslah tergerak oleh aturan norma-norma atau aturan-aturan  yang memiliki nilai-nilai yang baik, benar dan tepat yang bersifat mewajibkan. Atau bersembunyi dari tanggung jawab kodrati bahwa tindakan manusia dianggap terlahir dari sebagai mahluk yang terdeterminasi (dipastikan) atau sudah dalam ketetapan Tuhan. Dengan melepaskan pikiran dari dogma-dogma seperti ini, manusia akan menjadi manusia yang benar-benar menegaskan kebebasannya, manusia yang memiliki eksistensi yang otentik.

Berkata akan kebebasan dan keotentikan manusia, tidak terlepas dari pandangan terhadap orang lain, sesimpel inilah menurut saya Sartre coba mengajak kita berjalan-jalan kedalam dunia yang sepenuhnya njlimet dengan pemaknaan kesadaran, kebebasan dan penilaian-penilaian norma. Pandangan Sartre yang mengatakan bahwa kehadiran seseorang yang mengamati diri kita sebenarnya adalah sebuah peristiwa perampokan dan menyadarkan akan keberadaan kita, sebuah paradoks yang cukup menggerikan dan menggiurkan jika boleh saya katakan, sebuah permaian penilaian dan perubahan letak kesadaran yang cantik dan pada ujungnya menghantarkan pada sebuah keadaan “Aku” yang eksis karena adanya orang lain.

Kenapa manusia yang lain bisa merampok dan menyadarkan kita sekaligus, karena manusia lain adalah sesuatu yang kita sadari dan mengerti bahwa sosok mahluk tersebut mampu membuat penilaian-penilaian terhadap diri kita.